Minggu, 29 Maret 2015

Si Kecil yang Mengganggu!


                Kali ini saya akan membahas mengenai si kecil yang mengganggu yaitu jerawat. Tentunya jerawat bukan hal asing lagi bagi setiap orang terutama pada remaja yang sedang mengalami pubertas. Dalam istilah klinis jerawat disebut juga dengan acne vulgaris, yang dalam pengertian ilmiah merupakan hasil beberapa proses patologis dari beberapa unit pilosebasea (yaitu folikel rambut dan kelenjar sebasea) yang terletak dibagian dermis (lapisan tengah kulit). Hiperproliferasi keratinosit menyebabkan kohesi sel dan pembentukan sebuah sumbat yang menghalangi lubang folikel. Sumbat ini melebarkan folikel untuk membentuk mikrokomedo, lesi patologis awal pada jerawat.
                Ketika sel-sel dan sebum/minyak menumpuk lebih banyak, mikrokomedo membesar sehingga dapat terlihat berupa komedo tertutup atau whitehead (bintik putih), nodul pucat kecil yang berada tepat dibawah permukaan kulit. Jika kandungannya melebarkan lubang sumbat akan menonjol dari pori-pori dan menyebabkan komedo terbuka atau blackhead (bintik hitam). Blackhead berwarna gelap karena adanya melanin dan oksidasi lipid setelah terpapar udara. Komedo merupakan precursor lesi jerawat lainnya.

Etiologi

                Penyebab pasti jerawat belum diketahui, penyebab bersifat multifaktorial dan sangat di pengaruhi baik oleh factor hormonal atau factor genetic. Kecenderungan untuk mnglami jerawat akan meningkat jika salah satu atau kedua orang tuanya juga berjerawat. Factor patologik yang terlbat dalam timbulnya jerawat yaitu :
1.       Pemicu hormonal andronergik
2.       Produksi sebum yang berlebihan
3.       Deskuamaasi folikular yang abnormal
4.       Proliferasi bakteri P. acnes pada kulit
5.       Respon inflamasi yang terjadi

Beberapa factor juga dianggap menyebabkan jerwat, termasuk kebersihan dan makanan, belum secara lngsung dinyatakan sebagai factor etiologi.
1.       Pasien mungkin salah menduga bahwa mereka memiliki jerawat akibat kulit yang kotor atau tidak membersihkan kulit secara menyeluruh. Tidak ada penelitian yang menduung keyakinan ini.
2.       Sebagian besar studi yang meneliti hubungan antara jerawat dan konsumsi makanan tertentu, seperti cokelat atau makanan yang berminyak, telah menunjukan tidak ada hubungan antara keduanya.

Pengobatan

                Jerawat tidak dapat disembuhkan, tetapi cukup di control dengan memperbaiki penggunaan kosmetik dan mencegah perkembangan jerawat yang parah dengan jaringan parut yang terbentuk. Hanya pasien dengan jerawat komedo non inflamasi <10 blackhead atau whitehead  di wajah atau di leher saja, tanpa terkenanya tubuh, tidak ada jaringan parut, dan tidak ada lesi inflamasi yang dapat di swamedikasi dengan obat tanpa resep dokter. Pasien dengan bentuk jerawat yang lebih parah harus dirujuk ke layanan spesialis dokter kulit. Karena jerawat bertahan dalam waktu yang lama, pengobatan juga harus jangka panjang, berkelanjutan dan konsisten. Pasien yang berada dibawah perawatan seornag dokter harus di instruksikan untuk mnghindari penggunaan obat jerawat tanpa resep kecuali dokter merekomendasikan untuk penggunaannya. Menggabungkan beberapa obat tanpa resep dokter dengan resep jerawat dapat menurunkan kemampuan pasien untuk menoleransi obat resep.

Tindakan Pengobatan Umum/Non-Farmakologi

Menghindari factor-faktor yang dapat memperburuk jerawat, seperti :
-          Mencegah gesekan atau iritasi yang dapat menyebabkan peningkatan gejala jerawat
-          Tidak menggnakan pakaian ketat, bando atau helm
-          Menghindari menopang dagu dengan tangan
-          Melepas kosmetik, pembersih, atau shampoo yang berbahan dasar minyak.
-     Pilih produk berlabel “non-komedogenik”.
Pasien harus membersihkan kulit dengan sabun lembut atau pembersih bukan sabun dua kali sehari :
-          Penggunaan produk abrasive dan pembersih wajah yang berlebihan dapat memperburuk jerawat
-          Produk obat pembersih berbentuk ( bentuk padat dan cairan ) tidak banyak membantu karena produk tersebut meninggalkan sedikit residu bahan aktif pada kulit
Menggunakan strip dengan bahan berbasis lem akrilat yang dapat dipakai sendiri ( misalnya strip biore ) dapat membantu mearik komedo. Produk ini merupakan alternative yang lebih baik untuk mengangkat jerawat yang dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut.



Terapi farmakologi

                Obat yang paling sering digunakan dalam pengobatan jerawat yaitu :
-          Benzoil peroksida
-          Asam salisilat
-          Sulfur
-          Kombinasi sulfur dan resorsinol

1.       Benzoil Peroksida

produk-produk yang mengandung benzoil peroksida dapat menyebabkan noda putih pada pakaian, rambut, handuk dan sprei. Pasien harus menghindari tercecernya produk tersebut pada rambut atau kain. Banyak pasien  mengalami rasa menyengat, dan pengelupasan kuit selama beberapa hari pertama enggunaan benzoil peroksida. Efek-efek tersebut dapat hilang dalam 1 sampai 2 minggu.
-          Untuk membantu meringankan iritasi, aplikasikan di kulit pertaama kali hanya 15 menit kemmudian mencucinya
-          Jika rasa tidak nyaman tidak terjadi, pasien harus menambahkan waktu kontak obat pada kulit selama 15 menit saat toleransi terjadi
-          Setelah produk di toleransikan selama 2 jam, benzoil peroksida dpat dibiarkan hingga semalam
-          Penggunaan benzoil peroksida didekat mata, mulut, bibir dan hidung serta daerah dekat luka, goresan, dan lecet lainnya harus dilakukan dengan hati-hati. Iritasi berlebihan dapat terjadi di lokasi tersebut.
-          Benzoil peroksida dapat menyebabkan rasa sensitive pada sinar matahari, sehingga pasien harus menghindari paparan sinar matahari secara langsung atau penggunaan lampu sinar matahari dan menggunakan tabir surya non-komedogenik dengan SPF 15 atau lebih tinggi bila berada di luar ruangan.

2.       Asam Salisilat

Produk yang mengandung asam salisilat di kontraindikasikan pada apsien penderita diabetes atau sirkulasi darah yang buruk. Produk yang mengandung asam salisilat harus digunakan hanya pada area yang terkena. Penggunaan produk di area yang besar pada jangka waktu yang lama dapat meyebabkan keracunan. Tanda-tanda keracunan asam salisilat meliputi mual, muntah, pusing, tuli, lesu, hiperpnea, diare dan gangguan psikis.
Asam salisilat dapat menyebabkan peningkatan sinsitivitas terhadap sinar matahari. Pasien harus menghindari paparan sinar matahari secara langsung atau penggunaan lampu sinar matahari dan menggunakan tabir surya non-komedogenik dengan SPF >15 ketika berada diluar ruangan.

3.       Kombinasi Sulfur/Resorsinol

Resorsinol dapat menimbulkan sisik yang reversible dan berwarna coklat gelap pada beberapa individu yang berkulit gelap.

Produk topical jerawat tersedia dalam berbagai sediaan, diantaranya gel, larutan, krim, dan lotion.
·         Gel dianggap sebagai formulasi yang paling efektif karena bersifat astringen dap dapat bertahan paling lama dikulit.
·         Krim dan lotion dengan kandungan lemak rendah merupakan alternative yang dapat di terima diantara sediaan gel yang lebih efektif untuk pasien dengn kulit kering atau sensitive atau untuk setiap pasien selama musing dingin kering.
·         Gel dan larutan tidak mengandung minyak dan mungkin lebih bermanfaat pada pasien dengan kulit berminyak. Namun gek dan larutan juga memiliki efek mengeringkan kulit yang kadang-kadang dapat menyebabkan dermatitis kontak.
·         Krim dan lotion biaasanya kurang mengiritasi kulit dibandingkan sediaan gel dan larutan.
·         Sediaan salep tidak digunakan karena salep bersifat oklusif dan cenderung memperburuk jerawat.
Perempuan yang mengalami masalah jerawat yang berhubungan dengan fluktuasi atau ketidakseimbangan hormone ( misalnya jerawat yang terjadi selama masa haid ) dapat merasakan manfaat dari penggunaan terapi resep seperti kontrasepsi oral.

PERINGATAN DAN KONTRAINDIKASI


Ketika menggunakan pbat jerawat tanpa resep secara topical, harus dimulai dengan dosis terendah dan meningkatkan konsentrasi secara bertahap untuk meminimalkan efek iritasi dari produk. Pasien juga harus mulai aplikasi harian yang lebih sedikit dan meningkatkan frekuensi aplikasi hanya bila ada toleransi.

Oleh : Lila Bintarizki (1208010016)

Kamis, 26 Maret 2015

Ayo kenali lebih dekat tentang obat !

Mungkin dalam kehidupan sehari-hari ada saja orang yang setiap hari selalu mengkonsumsi obat. Atau seseorang yang mengkonsumsi obat seminggu sekali sebulan sekali setahun sekali. Dan pada masa sekarang mungkin semua orang di dunia, ketika hidupnya pernah mengkonsumsi obat.
Nah, apa sih obat itu? Mengapa kita harus mengetahui tentang obat? Ketika kita tidak mengenal obat apakah akan mengurangi efeknya atau bahkan sebaliknya? Tentu tidak, ketika kita tidak mengenal atau bahkan sangat mengenal obat, tidak akan mengubah efeknya.Tetapi setidaknya ketika kita mengenal tentang obat, maka kita akan bisa lebih mengerti dan lebih memahami khasiatnya bagi tubuh kita. Dan akan mengetahui efek samping yang ditimbulkan dari obat yang digunakan, meskipun tidak semua obat akan menimbulkan efek samping. Dan juga ketika kita mengenal tentang obat, kita juga akan bisa memilih alternative obat yang memiliki khasiat yang sama namun dengan harga yang lebih ekonomis atau lebih murah.
Obat adalah suatu zat yang dalam takaran pas dapat menimbulkan efek yang diinginkan (baik), dapat untuk mencegah atau mengobati suatu keluhan yang dialami oleh seseorang. Dan ketika digunakan pada takaran yang kurang maka tidak akan menimbulkan efek apapun, tetapi ketika digunakan pada takaran yang berlebihan maka akan menjadi racun yang mematikan, sehingga tiap-tiap obat mempunyai takaran yang berbeda-beda.
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.193/Kab/B.VII/71, dikatakan bahwa yang dinamakan dengan obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia.
           Tidaklah semua obat itu sama ada obat yang diminum sehari sampai 5 kali tidak berbahaya, tetapi ada juga yang sekali minum dapat membahayakan tubuh seseorang ketika tidak membutuhkannya.  Maka dari itulah ada suatu penggolongan obat untuk menggolongkan obat-obat dilihat dari khasiat dan tingkat efek berbahaya atau tidaknya.

Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000, Obat digolongkan menjadi 4, yaitu:
1.      Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
2.      Obat bebas terbatas
Obat  bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat  bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.



3.      Obat Keras dan Psikotropika  
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K  dalam  lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.


4.      Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik  sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan  penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi  sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan.

           











Demikianlah sedikit pengertian tentang obat dan golongannya, semoga dapat menambah pengetahuan kepada para pembaca sekalian. Mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam hal tata bahasa dan penyampaian yang kurang dapat dimengerti, kami akan selalu berusaha untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Nantikan update-an artikel-artikel menarik kami tiap minggu. Terima kasih

Oleh: KADAL si PIO Farmasi
(K-oko, A-lmas, D-ani, A-ndin, L-ila)

1208010110, 1208010112, 1208010072, 1208010054, 1208010016


Selasa, 24 Maret 2015

Apoteker?? Siapa dia??

        Apoteker adalah profesi yang di jalani oleh seorang lulusan sarjana farmasi dan sudah melalui sumpah profesi apoteker. Apoteker merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki dasar hukum dalam perundang-undangan di Indonesia, apoteker memiliki wewenang dalam pembuatan, peracikan, maupun pemberian obat kepada pasien atau masyarakat luas melalui intruksi tertulis dari dokter yang biasa disebut resep dokter. Penempatan kerja apoteker dapat di berbagai macam lapangan kerja. Apoteker dapat bekerja di instalasi pemerintah seperti BPOM dan Dinas Kesehatan, di instalasi farmasi sebuah rumah sakit baik swasta maupun negeri, di industry seperti pabrik-pabrik obat, di bidang pendidikan seorang apoteker juga dapat ikut serta sebagai tenaga pengajar serta selain itu apoteker juga dapat berwirausaha sebagai pemilik apotek. Apoteker berperan penting dalam pemberian obat untuk penyembuhan suatu penyakit. Apoteker juga dapat membantu masyarakat dalam berkonsultasi seputar problem penyakitnya.
Apoteker memiliki tanggung jawab dalam pengontrolan obat yang diberikan dokter kepada pasiennya karena apoteker adalah tenaga kesehatan terakhir yang bersinggungan langsung dengan pasien saat pemberian obat dengan resep. Pengontrolan tersebut antara lain meliputi jenis obat yang diberkan, ketepatan dosis, duplikasi obat dan lain sebagainya.
            Apoteker memiliki peran dalam monitoring atau pemantauan pengobatan yang dilakukan, baik mengenai efek obat yang terjadi hingga respon respon yang mungkin terjadi selama penggunaan obat. Dalam kehidupan bermasyarakat seorang apoteker masih sangat awam dan belum banyak dikenal, padahal peran apoteker dalam rangkaian pengobatan itu sangat penting, karena apotekerlah yang memahami lebih dalam tentang obat yang dikonsumsi oleh pasien. Melalui blog ini diharapkan masyarakat luas akan lebih mengenal apoteker dan menjadikan apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan yang lebih dicari untuk konsultasi tentang obat.
Oleh: Kadal si pio Farmasi
(K-oko, A-lmas, D-ani, A-ndin, L-ila)